Siswa/i Gagal SNBP Merupakan Kesalahan 100% Guru dan Sekolah


Siswa/i Gagal SNBP Merupakan Kesalahan 100% Guru dan Sekolah - Musim pendaftaran SNBP siswa sudah dilaksanakan sebagai seorang guru persiapan telah dilakukan sekolah sejak akhir tahun sampai awal tahun, dari mulai wakil kesiswaan, operator sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru wali kelas, peserta didik sampai orang tua tengah direpotkan dengan proses pendaftaran SNBP.
 
Ada perumpamaan sederhana yang sering disebut oleh orang tua kita dulu saat ingin menyekolahkan kita ke SMA maupun SMK bahwa sekolah menentukan nasib masa depan kita, nampaknya itu bukan sekedar omong kosong karena mulai terasa dimulai dari SNBP semua persiapan harus dilakukan oleh sekolah mulai memilih siswa/i terbaik yang akan kuliah.
 

 
Selain memilih sebagai seorang guru seperti saya tentu akan dihadapkan dengan masalah lain seperti siswa/i berprestasi namun tidak memiliki finansial cukup untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, ini akan menjadi polemik yang cukup serius di sekolah, giliran ada siswa yang ingin kuliah tapi tidak memiliki prestasi untuk diikuti sertakan dalam proses seleksi SNBP.
 
Saya sendiri merupakan salah satu waka kurikulum salah satu sekolah swasta yang ada di Kota Palembang permasalahan sekolah yang banyak terjadi tidak mengikuti SNBP mayoritas karena alasan tugas ini hanya di bebankan satu orang saja sekaligus menjadi tugas fungsional yang tidak ada tambahan uang lembur atau hanya sekedar kopi di kantor.
 
Terlebih lagi tidak tuntutan yang dapat mengamcam sekolah baik ikut maupun tidak tidak ada efek untuk akreditasi sekolah jadi kebanyakan sekolah tidak terlalu ambil pusing dan cenderung membiarkan saya tidak ikut serta dalam seleksi SNBP. Padahal berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh siswa/i di sekolah terutama kelas 12 saat ini.
 
SNBP merupakan masa depan bagi mereka jika kita sekolah maupun guru mengabaikan hal tersebut sama saja kita merenggut masa depan siswa/i. Berdasarkan pengalaman saya juga mengikuti berbagai sosialisasi dari kemdibud, yang cukup membuat hati tersentuh ada salah satu panitia SNPMB yang sebagai profesor di salah satu perguruan tinggi negeri.
 
Beliau menyampaikan satu kata yang memotivasi kita "Jika ada siswa/i di sekolah bapak ibu yang gagal mengikuti SNBP maka dipastikan kegagalan itu bukan karena siswa/i tetapi 100% kesalahan guru dan sekolah". Sebagai guru yang terlibat langsung dalam proses SNBP diawal saya sempat tidak terima dengan hal tersebut namun setelah merenungi ternyata memang benar adanya.
 
Ada beberapa hal yang menjadi penentu kegagalan siswa saat mengikuti SNBP dan sejak awal proses semua dilaksanakan oleh sekolah dan guru seperti contoh :
 
  1. Nilai rapot yang ada saat ini merupakan hasil pemberian guru dari proses belajar.
  2. Sekolah memiliki hak penuh menentukan dan memilih siswa siapa saja yang ikuti seleksi SNBP.
  3. Proses pendaftaran SNBP melalui sekolah.
  4. Semua kegiatan penilaian SNBP bersumber dari guru maupun sekolah.
 Jadi wajar kita siswa tidak lulus SNBP merupakan kesalahan 100% dari guru dan sekolah hal lain yang menyebabkan siswa/i gagal pada SNBP diantaranya sebagai berikut :
  1. Guru disekolah tidak mendaftarkan siswa ke SNBP karena alasan ribet dan tidak ada tambahan uang lembur dan lainnya.
  2. Nilai siswa/i yang tidak memenuhi syarat SNBP menjadi alasan siswa gagal padahal guru yang berperan memberikan nilai rapot selama sekolah.
  3. Tidak ada nilai dari hasil pusat karena semua kelulusan dikembalikan ke sekolah masing-masing.
  4. Guru lebih banyak mengajar dari pada mendidik apabila siswa/i tidak bisa memenuhi tugas dengan baik maka akan dipastikan mendapatkan nilai kecil.
  5. Guru dalam proses pembelajaran menjadi seorang pendendam terhadap siswa/i yang tidak bisa diarahkan meski hanya sekali dari pada mendidik dan mengarahkan agar perilaku mereka menjadi lebih baik.
  6. Tujuan pendidikan merubah perilaku siswa/i menjadi lebih baik bukan menghakimi mereka tanpa mengajarkan apapun.
  7. Banyak guru yang mengajar masih menggunakan metode klasik yang baku tidak terbantahkan seperti contoh anak yang tidak mau menjawab saat ujian semester karena tidak menyukai dipastkan mendapatkan nilai kecil, alih-alih mengganti jenis soal menjadi ujian wawancara yang mereka lebih suka guru lebih memilih memberi nilai KKM yang seadanya.
     

 Proses pembelajaran inilah yang tidak disadari guru mereka tanpa sadar menghancurkan masa depan siswa/i sendiri dengan berbagai mekanisme yang seharusnya tidak terjadi lagi diera pendidikan saat ini namun masih tetap terjadi, sementara tuntutan dari SNBP mengharuskan siswa memiliki nilai yang meningkat setiap semester.

Hal itu tidak dilakukan oleh guru disekolah saat memberikan nilai, jika boleh jujur semua penilaian yang dilakukan hampir rata-rata nilai hasil olahan bukan hasil sebenarnya, seharusnya kepalang nilai diolah lakukan pengolahan yang sesuai agar tidak menghancurkan masa depan siswa. Setelah siswa/i tidak lulus SNBP guru dan sekolah akan mengatakan itu merupakan hasil yang didapat oleh siswa./i selama sekolah.

Guru dan sekolah mengatakan gagal SNBP karena hasil mereka sendiri, bukan karena sekolah dan guru, betapa zolimnya kita sebagai guru, bayangkan berapa ratus orang yang sudah terjadi seperti itu, jika kita tidak mau menjadi guru karena alasan gaji kecil sebaiknya cari pekerjaan lain, jika sebelum mengajar kita lelah istirahatkan dulu baru kemudian mengajar.

Jika kita merasa kesal dengan perilaku siswa yang kurang terpuji, tegurlah dia dengan lembut didik dia dengan baik bukan menjadi guru pendendam yang membalas semua dengan memberikan nilai kecil. Mereka peserta didik kita tidak mengerti seberapa penting nilai yang ada di rapot dan ijasah untuk masa depan mereka.

Bukankah kita sebagai guru pernah merasakan diusia mereka yang tidak pernah peduli dengan hasil nilai rapot dan ijasah semasa sekolah, sebagai seorang guru yang mengetahui betul bagaimana pentingnya nilai mereka yuk mulai sekarang jangan asal-asalan memberikan nilai kepada siswa, jika mereka belum mampu mencapai pembelajaran yang ditetapkan yang dirubah adalah cara kita mengajar.

Setelah siswa/i gagal SNBP betapa kecewanya mereka dengan dirinya sendiri, mereka menyalahkan dirinya sendiri dan hanya sedikit yang mampu bangkit dari kegagalan tersebut sisanya mereka merasa rendah diri dan terus menerus menyalahkan diri sendiri. Siswa/i beranggapan bahwa nilai yang didapat sudah baik ukuran mereka jika dibandingkan dengan teman satu kelas namun tidak dapat membawa mereka lulus SNBP.

Selain itu sekolah tidak terlalu peduli dengan proses SNBP karena jika kami di swasta yang akan mengangkat nama baik sekolah dan dilihat oleh publik bukan seleksi SNBP tetapi nilai hasil rata-rata yang didapat pada SNBT karena dari sana da pemeringkatan untuk region kota kabupaten, provinsi bahkan Nasional.

banyak sekolah yang hanya memikirkan kepentingan sekolah saja dibandingkan dengan masa depan siswa mereka seolah mejadi tutup mata dan telinga ketika satu proses yang akan diikuti tidak masuk dalam akreditasi sekolah atau tidak memiliki kontribusi dalam meningkatkan citra sekolah secara singnifikan. 

Semoga pengalaman admin tidak terjadi disekolah lain dan menjadi renungan kita sebagai guru bahwa coretan disetiap nilai rapot akan sangat bermankan bagi setiap siswa/i bahkan menentukan masa depan mereka kedepan. Sementara bagi siswa jangan berkecil hati jika tidak lulus SNBP karena 100% gagalnya siswa/i SNBP merupakan kesalahan guru dan sekolah bukan kesalahan siswa/i.

Demikian informasi yang bisa admin berikan jika tahun ini sudah terjadi maka semoga tahun depan kita tidak mengulangi kesalahan yang sama dalam proses SNBP.